Di awal tahun 2022, Unit Trinity F90Plus dengan sistem lidar Qube240 milik PT Hengjaya Mineralindo diserahterimakan di site Tangofa, Kabupaten Morowali – Sulawesi Tengah. PT Hengjaya Mineralindo sendiri adalah operator pertambangan yang memiliki Ijin Usaha Pertambangan yang mengelola areal konsesi ijin IUP seluar 5.983 hektar. Pada tahun 2012 PT Hengjaya mengeluarkan ijin operasi/ produksi pertambangan selama 20 tahun termasuk opsi perpanjangan 10 tahun lagi.
Pelatihan dan pengenalan teknologi dilakukan secara on site, mulai dari pengenalan hardware, sistem operasi, data processing dan mengintegrasikan metode survey UAV dengan survey terestrial, dimana di PT Hengjaya Mineralindo, mayoritas personil survey adalah surveyor geodetik pertambangan yang memiliki pengalaman survey diatas 5 sampai 10 tahun.
Untuk pengenalan hardware, sistem operasi dan data processing dilakukan di kantor site tangofa sebelum nantinya pelatihan terbang dilakukan di area of interest yang bakal dihadapi oleh tim surveyor kedepan setelah tim PT Quantindo Widjaya Adhirajasa meminta agar tim survey PT Hengjaya melakukan penerbangan mandiri.
EKSPEDISI MENUJU AREA OF INTEREST
Dalam menjalankan misi pertama, tim Hengjaya Mineralindo bersama trainer PT Quantindo Widjaya Adhirajasa melakukan ekspedisi menuju titik Area Of Interest yang berada di tengah hutan yang masih belum terbuka dan baru pada tahap perencanaan. Sehingga mayoritas area of interest masih tidak dapat dilewati oleh kendaraan, dan jauh dari akses jalan utama.
Ekspedisi untuk pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan beberapa personil inti dan tenaga lokal untuk keperluan mengangkut logistik yang diperlukan selama memasuki area hutan dan melakukan flying camp di area titik take off teraman yang ditetapkan oleh trainer. Mengingat penerbangan yang dilakukan adalah penerbangan lidar, dimana membutuhkan tingkat visibility yang agak nyaman untuk menyusun skenario mitigasi jika terjadi crash, perubahan cuaca dan mempelajari alam secara real, maka penerbangan rendah di area yang extreme dengan pesawat fixed wing membutuhkan perencanaan yang matang dan bukan hanya on desk planning melalui qbase.
Sementara untuk penerbangan RGB fotogrametri, operator hanya dituntut untuk melakukan penyusunan di QBASE 3D planning yang aman dari indikator crash, serta memperhatikan kapasitas baterai untuk contingency plan. Bagi tim surveyor PT Hengjaya ini adalah pengulangan pelatihan, hanya lebih advance karena merubah kebiasaan menggunakan copter ke pesawat fixed wing.
Untuk mencapai akses posisi take off misi lidar, dibutuhkan waktu 2 hari perjalanan dimana 1 hari habis digunakan untuk perjalanan menuju titik pertama yang masih bisa di akses oleh kendaraan 4×4, dan 1 hari lagi untuk menempuh titik dengan perjalanan tanpa kendaraan.
Dan seluruh misi baik misi fotogrametri dan misi lidar dilakukan secara offline, sehingga sebelum berangkat ke site. Seluruh elemen misi yang dibutuhkan sudah dipersiapkan, termasuk dengan software Yellowscan sudah di offline kan untuk memudahkan raw processing di lapangan.
Titik take off terdekat berjarak 4,2 km dari AOI, namun dengan visibilitas yang agak lumayan nyaman untuk penerbangan lidar sehingga tim melakukan perjalanan tanpa kendaraan menyusuri hutan menuju titik tersebut. Pasalnya di peta Qbase 3D yang disupport secara resmi oleh Esri, terdapat lahan terbuka yang cukup luas untuk penerbangan. Hanya memang lahan luas tersebut saat ini dipenuhi ilalang dengan tinggi hingga 1 sampai 2 meter dan banyak hewan buas di area tersebut seperti Anoa, Ular Python dan babi hutan. Sampai akhirnya tim menemukan spot yang aman untuk penerbangan lembah.
Ketinggian untuk misi lidar pada pelatihan ini di setup di 110 meter AGL karena tim belum mengetahui secara pasti kondisi angin di lembah sungai yang membelah dua perbukitan curam tersebut, dan pada saat sebelum pelaksanaan misi lidar dijalankan, salah satu personil surveyor menerbangkan terlebih dahulu drone copter untuk memantau karakteristik angin dan jarak hilangnya sinyal 2.4G di area tersebut, sampai dengan mengitari area take off untuk melihat situasi sekitar dalam rangka mitigasi resiko.
Pada saat misi dijalankan, Trinity tetap melakukan kalibrasi diudara di area take off dan hal tersebut memudahkan operator untuk melihat apakah Trinity siap untuk melanjutkan misi BVLOS dan tanpa komunikasi sama sekali, namun tim dilatih untuk menghitung timer untuk mengetahui potensi posisi pesawat jika dalam mode abnormal. Dan dalam misi tersebut, Trinity F90Plus hilang kontak selama 30 menit dan akhirnya memberikan update posisi pada saat pesawat sudah menuju ke area aman home point sampai dengan landing.
Hingga saat ini, PT Hengjaya Mineralindo sudah melaksanakan penerbangan mandiri dengan penerbangan Beyond Visual Line Of Sight (BVLOS) di area target mereka untuk fotogrametri, meskipun untuk penerbangan lidar di kondisi yang ekstrem masih memerlukan pendampingan karena tentunya banyak pertimbangan yang diperlukan untuk melakukan penerbangan low altitude dengan sensor lidar di area perbukitan yang ekstrem.
Dengan menggunakan Trinity F90Plus Qube 240, banyak checklist dan persiapan yang dipangkas dibandingkan dengan menggunakan Lidar copter maupun Lidar yang dibawa oleh UAV yang menggunakan mesin, diantaranya adalah :
- Tidak banyak menentukan titik take off di Area Of Interest layaknya menggunakan drone lidar copter, sehingga akan sangat efisien dalam pengolahan data;
- Sistem plug and play, elektrik dan easy to use memangkas waktu persiapan dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan UAV yang menggunakan engine;
- Coming home di Trinity F90Plus hanya diinisiate oleh sistem jika terjadi angin turbulensi yang melebihi kemampuan pesawat, hujan, embun yang terlalu pekat, serta kesalahan sistem. Dan untuk penerbangan tanpa koneksi, Trinity F90Plus memiliki toleransi yang bisa disesuaikan oleh operator berdasarkan waktu misi dan maksimum adalah 1 jam. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan sistem copter yang akan coming home jika koneksi antara air to ground terputus dalam hitungan menit.
Namun, pada misi pelatihan ini tim menemukan kelemahan Trinity F90Plus yang akhirnya mulai diperbaiki oleh tim developer di pabrikan. Yakni Trinity akan menuju titik home saat failsafe dari altitude terakhir, dan ini tentunya akan membahayakan banyak operator. Dan dari pelatihan ini akhirnya fitur tambahan akan direlease pada QBASE update selanjutnya, dan dengan fitur tambahan yang masih menunggu sertifikasi dari otoritas penerbangan di Jerman akan sangat membantu para operator Trinity Lidar ke depannya untuk lebih nyaman dalam menerbangkan Trinity Lidar di perbukitan.
Hanya saja sebelum fitur ini di release di update QBASE 3D terbaru dan update firmware terbaru, para operator wajib benar-benar memperhatikan perubahan cuaca untuk penerbangan lidar untuk mencegah Trinity F90Plus masuk ke fitur failsafe dan kembali ke home secara garis lurus dari altitude terakhir.
0 Comments