Quantum Systems Indonesia

Transformasi Teknologi Aerial Mapping Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Aug 28, 2020Berita & Portofolio0 comments

Kemajuan teknologi pemetaan yang sangat pesat membuat seluruh pelaku usaha, pebisnis dan lembaga penelitian mulai beralih dari teknologi konvensional ke teknologi modern, tuntutan akan kebutuhan kualitas data yang tinggi dan mencukupi standar keakurasian pun menjadi pendorong utama adanya transformasi teknologi aerial mapping di sektor ini.

Begitu juga dengan yang saat ini dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sebagai salah satu Universitas yang dinobatkan sebagai Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia pada tahun ini, tim dari Fakultas Kehutanan IPB ini memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan penelitian pada program FORESTS2020. Beberapa perangkat yang telah dimiliki pun semua mengacu pada standar Professional Grade. Sebut saja beberapa brand ternama seperti Leica Geosystems, Trimble, Pix4D sudah dimiliki oleh tim peneliti di Fakultas Kehutanan IPB.

Untuk akuisisi data aerial, selama ini menggunakan pabrikan DJI yang juga sudah memiliki nama besar di kalangan dunia pemetaan, dan pada tahun ini mereka melengkapi perangkat akuisisi data yang melengkapi unit copter DJI yang mereka miliki dengan teknologi Fixed Wing karena adanya tuntutan untuk melakukan akuisisi data di area penelitian yang kadang susah diakses, memiliki kondisi terrain yang sulit dan area luas.

Mengingat sumber daya personil yang dimiliki terbatas serta kebanyakan para peneliti memiliki fokus untuk perolehan kebutuhan data, kebanyakan dari para peneliti tidak memiliki waktu untuk berlama-lama di lapangan. Sehingga mereka pun mencari teknologi UAV Fixed Wing yang dapat dioperasikan dengan mudah seperti mereka mengoperasikan DJI, hasil data dengan kualitas bagus, software rencana terbang yang mudah dan dapat dioperasikan oleh inhouse staff atau mahasiswa di Fakultas Kehutanan IPB.

Dan jatuhlah pilihan ke Quantum Systems Trinity F90+. dimana varian ini sudah menjadi produk pengembangan terakhir untuk varian Aerial Mapping dari Quantum Systems yang sudah diuji selama 2 tahun penerbangan baik di Indonesia maupun di 68 negara dimana reseller berada.

Dalam masa pengembangan dan uji di Indonesia, Trinity sudah mengalami banyak permasalahan mulai dari kesalahan sistem akibat ESC belum disesuaikan dengan kondisi panas ekstrem, benturan frekuensi antara antena GPS dengan antena PPK, kamera terlalu panas akibat tidak adanya sirkulasi udara. Hingga akhirnya produk ini difinalkan di Trinity F90+ dan dipilih oleh Fakultas Kehutanan IPB sebagai pelengkap perangkat akuisisi data untuk lahan luas.

Pada tahap pelatihan penggunaan, fokus utama Quantum Systems adalah untuk melatih para peneliti untuk fokus pada tahap Pengenalan part-part dan bagian pesawat, Perencanaan Penerbangan, Analisis Rencana Terbang, Simulasi analitik sebelum penerbangan dilakukan, pengecekan dan ground check sistem pesawat sampai dengan briefing antar tim sebelum berangkat ke lapangan untuk melakukan akuisisi data. Ini dilakukan secara inhouse dengan aplikasi QBASE.

Pada saat eksekusi penerbangan di area yang akan dipetakan, tim dilatih untuk terlebih dahulu melakukan survei sekitar area misi dengan perangkat DJI atau copter lain yang mereka miliki, berkomunikasi dengan warga setempat terkait karakteristik wilayah, karakteristik cuaca, termasuk hal-hal supranatural yang konon memang sangat kental di beberapa daerah di Indonesia. Ini dilakukan agar tim memiliki gambaran real area take off landing dan area yang akan dipetakan dan memiliki cadangan berbagai alternatif solusi untuk menghadapi ABNORMAL FLIGHT SITUATION (Pelajaran utama dalam program sertifikasi baik di APDI, FASI maupun komunitas drone lain di Indonesia).

Pada saat penerbangan berlangsung, trainer Quantum Systems membagikan pengalaman-pengalaman penerbangan dengan Trinity F90+, mulai dari anomali cadangan baterai yang berubah karena perubahan angin di area misi, pergerakan cuaca, link loss situation, manual flight, ADSB Receiver analysis, pengisian logbook serta apa yang harus dilakukan pada saat Take Off, Transition, Transit sampai pesawat ke waypoint 1, Transit ke home point, descent dan landing. Pengenalan ini diperlukan agar para peneliti mengetahui betul karakter penerbangan yang dilakukan oleh Trinity F90+. Dan ini terus dilakukan berulang-ulang setiap penerbangan dalam konsep Tactical Field Operation.

Hingga akhirnya, setelah penerbangan selesai. Peneliti diajarkan untuk melakukan pengambilan data log, foto dan data Base secara cepat dan tertata dengan baik. Untuk nantinya dapat dilakukan integrasi dan processing data setelah seluruh misi selesai.

“Trinity F90+ is a fixed wing drones, not a copter. VTOL systems is not main character in this unit”

Kata-kata itu ditanamkan ke seluruh tim oleh instruktur. VTOL system di Quantum Systems dibatasi pada altitude tertentu, karena memang difungsikan hanya untuk menggantikan launcher atau hand launcher. Dan karakter utama pesawat ini adalah murni Fixed Wing.

Kenapa dibatasi ? Karena sistem Trinity F90+ adalah Tilt Motor, jika energi dihabiskan untuk hovering saat take off dan landing maka temperatur ESC akan cepat panas dan mengganggu performa utama dalam menjalankan misi akuisisi data secara otomatis.

Tahap akhir dari pelatihan dan yang paling penting dari semua proses kegiatan Aerial Mapping ini adalah data processing mulai dari proses Geotagging menggunakan Remote Station seperti CORS atau koreksi geotagging dengan data rinex dari iBase secara lokal.

Ujian selanjutnya adalah penerbangan mandiri selama 10 kali take off/ landing dengan waktu airborne 5-6 jam. Disini instruktur akan memantau secara online melalui sambungan videocall atau telepon kapanpun. Atau briefing bersama sebelum misi di eksekusi dengan melihat secara bersama hasil survey real area dan membantu para peneliti tidak terlalu lama dilapangan dalam melakukan akuisisi data.

Terima kasih kepada para peserta pelatihan dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan para trainer support PT Byte Geo Solusi (Yovist Taufan, Gilang Ramadhan) dan CV Galeri Angkasa Sejahtera (Liu Purnomo). Bagi para peneliti, kami bangga setelah mengetahui bahwa tim Fakultas Kehutanan IPB adalah tim pertama yang berhasil memetakan seluruh komplek IPB Darmaga Bogor secara utuh dengan standar resolusi dan akurasi yang tinggi.

BERITA LAINNYA

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *