Quantum Systems Indonesia

Trinity F90Plus Lidar Systems Full BVLOS Mission : Akuisisi Data Lidar 3.000 hektar di Area Eksplorasi Tambang PT Hengjaya Mineralindo

Jun 23, 2022Berita & Portofolio0 comments

Pendampingan teknis akuisisi data lidar yang dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei 2022 oleh tim support PT Quantindo Widjaya Adhirajasa untuk PT Hengjaya Mineralindo dilaksanakan di area IUP yang belum dibuka di kabupaten Morowali, dan di area yang merupakan AOI akuisisi data drone ini masih dipenuhi oleh vegetasi yang lebat dan tidak ada area terbuka di radius 8-10 kilometer.

Ekspedisi dimulai dari hari pertama untuk menuju ke akses AOI yang ditetapkan untuk akuisisi data lidar, dimana sebelumnya sudah dilakukan pemetaan fotogrametri secara inhouse oleh tim Surveyor PT Hengjaya Mineralindo. Dan data fotogrametri ini dijadikan acuan elevasi untuk penerbangan rendah dengan lidar Qube 240.

Perjalanan menuju site memakan waktu 1 hari kendaraan roda empat, dan 1 hari perjalanan dengan berjalan kaki ke area take off terdekat untuk menghindari jarak yang terlalu jauh saat melakukan penerbangan BVLOS mengingat banyaknya hujan lokal yang tentunya akan membahayakan Trinity F90Plus saat mengudara, atau menambah persentase masuknya Trinity ke mode failsafe karena hujan dan pulang dari altitude terakhir.

Tim Quantindo Widjaya Adhirajasa yang melakukan pendampingan ke personil PT Hengjaya Mineralindo terus mengajarkan agar para surveyor tetap mengacu pada standar keselamatan serta Aerial Decision Making yang diajarkan pada saat mereka mengambil sertifikasi operator UAV di FASI TNI AU, dan juga saat melaksanakan pelatihan khusus Quantum Systems Trinity F90Plus. Tim survey juga diajarkan terkait batasan-batasan Trinity F90Plus untuk penerbangan di area hutan Indonesia, khususnya dengan adanya perbedaan cuaca lokal dan angin turbulensi yang biasanya berada dilipatan perbukitan di radius altitude 80 meter – 150 meter.

Seluruh penerbangan disetup pada ketinggian 110 meter – 120 meter Altitude Take Off, mengingat batasan sensor lidar yang hanya bisa mengcapture data sampai dengan elevasi 140 meter, dan dengan fitur terrain following, operator wajib melakukan perencanaan dengan metode optimis dengan persentase metode pesimis yang lebih besar.

Di aplikasi QBASE, operator dilatih untuk menyusun rencana terbang dengan berbagai skenario, yakni skenario penerbangan dengan angin tenang sampai dengan skenario angin terlalu deras “wind too strong simulation” serta melakukan simulasi dari 8 arah angin. Jika rencana terbang yang disusun tidak menemui indikator garis merah (dibawah 20 meter dari elevasi)) dan indikator jalur kuning (dibawah 50 meter), maka rencana terbang tersebut masuk kategori aman. Disinilah peran QBASE sesungguhnya, dimana surveyor lidar bisa mengetahui terlebih dahulu adanya potensi kecelakaan yang akan timbul sebelum misi di eksekusi.

Misi pendampingan berhasil dilakukan dalam rangka menambah kepercayaan diri operator PT Hengjaya Mineralindo selanjutnya, dan pemahaman tentang safety first dalam penerbangan lidar ini membuat surveyor lebih berhati-hati dalam menjalankan misi penerbangan rendah untuk akuisisi data lidar.

PENGOLAHAN DATA HASIL AKUISISI LIDAR

Pengolahan hasil akuisisi data lidar dilakukan 2 (dua) tahap, pertama adalah verifikasi data di lapangan menggunakan software Yellowscan Cloud Station yang bisa di offline kan untuk pekerjaan di wilayah tanpa internet. Tujuan pengolahan data dilapangan ini adalah untuk melakukan pengecekan data hasil tangkapan lidar pada ketinggian yang ditetapkan, dimana operator melakukan pengkategorian antara 100 meter altitude sampai dengan 120 meter altitude.

Kategori aman adalah 100 meter altitude, dimana area misi masuk pada kategori datar dan tidak berada pada altitude minus.

Kategori sedang adalah 110 meter altitude, dimana area misi membahayakan untuk penerbangan rendah atau altitude minus.

Kategori waspada adalah di 120 meter altitude, dimana area misi sangat meragukan untuk dilakukannya penerbangan rendah, atau karena ketidakpahaman operator terhadap kondisi medan. Biasanya ketinggian ini diatur untuk penerbangan full Beyond Visual Line Of Sight (BVLOS).

Skenario penetapan misi adalah menentukan altitude 90-100 meter saat perencanaan, lalu disimulasikan dengan skenario hantaman angin kencang dari 8 arah angin, tujuannya agar operator mengetahui jika terjadi perubahan angin pada saat misi, yang tentunya bisa datang kapan saja, maka sudah tidak ada potensi benturan. Dari pengalaman pendampingan ini, dapat diambil pelajaran “LEBIH BAIK MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG MENGECEWAKAN DARIPADA PENYESALAN”, dan lebih baik melakukan pengulangan akuisisi data daripada kecelakaan dan membahayakan investasi peralatan kerja.

Dari beberapa misi yang dilakukan saat pendampingan, mayoritas dilakukan pada altitude 110 – 120 meter, namun realisasi penerbangan lidar tidak secara konstan pada altitude yang direncanakan, bahkan terkadang pada Monitoring QBASE terdapat realisasi ketinggian sampai dengan 50 meter altitude atau bahkan dibawahnya. Namun karena pada perencanaan, telah dilakukan simulasi yang matang, maka operator merasa nyaman dan Trinity F90Plus yang membawa lidar Qube240 ini berjalan sesuai path yang direncanakan.

Berikut adalah hasil data dari flight diatas yang diambil pada ketinggian 120 meter altitude take off sebelum dilakukan strip adjustment dan pengolahan secara menyeluruh menggunakan Applanix Pospac dan pengolahan Yellowscan secara matang.

Di beberapa spot, terkadang tim support PT Quantindo menyarankan kepada surveyor PT Hengjaya Mineralindo agar tidak memaksakan jarak yang terlalu jauh. Contohnya ketika melakukan pengambilan data pada altitude minus (diatas -100 sampai -200 altitude take off), karena pada penerbangan “Low Altitude” Fixed Wing tidak semudah menerbangkan multicopter. Apalagi sensor yang dibawa terbilang powerful dan juga mahal. Karena inti pekerjaan adalah mencari titik “Z”, atau titik dibawah vegetasi, bukan mencari tampilan gambar 3 dimensi pada peta.

Dapat dicontohkan pada penerbangan berikut, dimana altitude Area Of Interest berada pada -100 Altitude take off, dan Trinity F90Plus berada pada ketinggian rendah. Apapun dapat terjadi, diantaranya angin lembah, kumpulan energi hutan yang mengurangi kekuatan telemetri, hujan lokal dan angin turbulensi yang datang secara mendadak.

Disini operator/ surveyor PT Hengjaya Mineralindo yang berpengalaman mengetahui adanya hal tersebut, dan ini membantu tim support Quantindo untuk lebih waspada dan menjalankan skenario optimis dalam melakukan akuisisi data. Dan memberikan pemahaman kepada operator PT Hengjaya Mineralindo bahwa alat yang canggih pun memiliki limitasinya terhadap kondisi alam.

Dari flightplan diatas, data yang dihasilkan dari skenario pesimis tersebut ternyata masih masuk pada standar yang ditetapkan oleh tim survey. Yakni terdapat point dibawah vegetasi yang lumayan banyak dan cukup untuk dilakukan modeling untuk mendapatkan data terrain.

Sampai dengan saat ini, tim Hengjaya Mineralindo masih melakukan ekspedisinya tanpa pendampingan fisik dari tim support. Dan pengalaman demi pengalaman ditambah dengan puluhan tahun pengalaman survey terestrial membuat mereka percaya diri dan lebih waspada dalam menjalankan misi lidar di area hutan yang lebat.

Proses data selanjutnya dilakukan di site pusat PT Hengjaya Mineralindo, dimana seluruh misi diintegrasikan dan diolah menjadi satu oleh tim yang ada di kantor untuk mendapatkan data terrain keseluruhan area misi.

BERITA LAINNYA

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *